Undangan yang beredar menyebutkan bahwa Bimtek ini bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan melalui penerapan teknologi digital dalam pembelajaran matematika. Acara dijadwalkan berlangsung pada 23-27 Februari 2025 di M-Regency Makassar dengan biaya fantastis Rp2,4 juta per peserta! Biaya ini mencakup fasilitas hotel, materi pelatihan, honor narasumber, serta sertifikat digital.
Namun, di tengah kondisi keuangan daerah yang kian terpuruk, muncul pertanyaan tajam: Apakah pelatihan ini benar-benar prioritas? Bukankah masih banyak sektor lain yang jauh lebih membutuhkan perhatian, seperti infrastruktur sekolah yang memprihatinkan, kesejahteraan guru honorer yang kian terabaikan, serta layanan dasar bagi masyarakat yang belum terpenuhi?
"Jika anggaran daerah sedang krisis, mestinya pemerintah lebih bijak dalam menentukan prioritas pengeluaran. Apakah Bimtek ini benar-benar mendesak, atau justru hanya menghamburkan uang di saat kita sedang kesulitan?" tegas seorang pemerhati pendidikan di Luwu yang enggan disebutkan namanya.
Namun, pertanyaan kritis terus bergema. Jika memang peningkatan kualitas pendidikan menjadi tujuan utama, mengapa tidak menggelar pelatihan ini di Luwu saja? Mengapa harus diadakan di Makassar dengan biaya tinggi yang justru membebani keuangan? “Mengapa harus mewah? Apakah tidak ada cara lain yang lebih hemat?” cetus seorang aktivis yang geram melihat kondisi ini.
Polemik ini kian memanas, masyarakat pun menuntut transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan anggaran. Jangan sampai kebijakan yang seharusnya menyejahterakan dunia pendidikan justru menjadi ajang pemborosan. Tutup Aktivia tersebut
Hingga berita ini diterbitkan, pihak-pihak terkait belum memberikan Tanggan dan Klarifikasi mengenai adanya hal ini, namun awak media ini terus berupaya melakukan konfirmasi guna Keberimbangan pemberitaan selanjutnya. (Tim/Red)