Data IRBI yang diterbitkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan Kabupaten Luwu berada di zona merah kerentanan gerakan tanah dan bahaya longsor. Kepala Teknik Tambang MDA, Mustafa Ibrahim, menegaskan pentingnya langkah-langkah mitigasi terpadu.
“Kami menyadari tantangan geografis dan risiko bencana alam di kawasan operasional MDA. Karena itu, kami senantiasa mengembangkan langkah-langkah kesiapsiagaan yang didukung mitra kerja berpengalaman untuk memastikan kelancaran operasional tanpa mengabaikan aspek keselamatan,” ujarnya.
Mustafa menambahkan, kesiapsiagaan tidak cukup hanya dari pihak perusahaan.
Masyarakat desa lingkar tambang juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan menghadapi risiko bencana. Untuk itu, MDA menggandeng Universitas Cokroaminoto Palopo (UNCP) meluncurkan program Desa Tangguh Bencana (DESTANA).
DESTANA adalah program BNPB yang bertujuan meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam menghadapi bencana melalui penguatan kesiapsiagaan, mitigasi, dan kemampuan pemulihan pascabencana. Pada tahap awal, dua desa yang akan dibina adalah Desa Ulusalu dan Bonelemo, dengan rencana pengembangan ke seluruh desa di Latimojong.
Sebagai bagian dari upaya mitigasi bencana, MDA telah memasang sistem peringatan dini (Early Warning System) berupa Automatic Water Level Recorder (AWLR) di Sungai Ulusalu dan Automatic Weather Station (AWS) di Desa Salubulo. Sistem ini memberikan informasi real-time tentang kondisi cuaca dan level air sungai untuk mitigasi yang efektif.
MDA juga memiliki tim Emergency Response Team (ERT) yang kompeten dalam penanganan kebencanaan. Tim ini aktif membantu kawasan operasi MDA dan daerah lain yang terdampak bencana, termasuk di Kabupaten Barru. ERT MDA rutin berlatih bersama lembaga-lembaga seperti Dinas Pemadam Kebakaran, PMI, dan BPBD Luwu. Selain itu, mereka memberikan pelatihan kepada perguruan tinggi di Luwu dan Palopo. Ke depan, masyarakat Ulusalu dan desa lainnya akan mendapat pelatihan serupa untuk meningkatkan kesiapan menghadapi situasi darurat.
Sebagai bagian dari pembekalan program DESTANA, MDA bekerja sama dengan UNCP mengadakan sesi pemaparan tentang kebencanaan awal Januari 2025. Acara ini dihadiri perwakilan BPBD Luwu, Kepala Desa Ulusalu, dan Kepala Dusun setempat. Tim UNCP memaparkan penyebab banjir dan longsor yang terjadi pada Mei 2024 di Latimojong, khususnya di Desa Ulusalu, berdasarkan data foto udara.
Selain fokus pada kesiapsiagaan bencana, MDA mengembangkan program berkelanjutan melalui edukasi teknik bercocok tanam berbasis greenhouse. Pola pertanian ini dirancang untuk meminimalkan risiko gagal panen dan memberikan pendapatan stabil bagi masyarakat. Metode ini diharapkan menggantikan pembukaan lahan di area curam yang rawan longsor.
Ketua Tim Program Kolaborasi Pengabdian Masyarakat (PKM) UNCP, Dr. Ichwan, menyatakan, “Kolaborasi dengan MDA dan Pemerintah Desa dalam membentuk serta menguatkan DESTANA merupakan langkah penting meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat di sekitar tambang. Edukasi pertanian berbasis greenhouse adalah inovasi relevan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui adaptasi lahan yang ramah lingkungan.”
Kepala Desa Ulusalu juga memberikan apresiasi, “Program ini sangat bermanfaat bagi masyarakat, memberikan pengetahuan baru tentang kesiapsiagaan bencana, serta metode bercocok tanam yang menjanjikan pendapatan stabil tanpa risiko membuka lahan di lereng pegunungan,” ujarnya.(**)









