Tinggimoncong, Gowa- Prosesi adat A’Rate’ kembali digelar di kawasan Buluttana, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa. Lebih dari sekadar seremoni pengangkatan dalam struktur adat, A’Rate’ di Buluttana mengandung dimensi yang jauh lebih dalam: sebuah penghormatan terhadap nilai-nilai leluhur dan spiritualitas warisan masa lampau.
Prosesi ini berlangsung di Balla Lompoa Buluttana, yang oleh naskah lontaraq disebut sebagai:
“Inai Balla i Raya Satinggi Bawakaraeng, Ya Allah, Balla Awalli, Passiringang Malaeka.”
Ungkapan tersebut menggambarkan Balla Lompoa sebagai tempat sakral yang dipercaya merupakan rumah awal para tokoh sufistik, tempat di mana nilai-nilai luhur diwariskan secara turun-temurun dan kesuciannya dijaga oleh masyarakat adat hingga kini.
Tidak jauh dari lokasi prosesi, jejak sejarah perjuangan masih dapat dirasakan. Di belakang Balla Lompoa berdiri makam para Raja Pejuang Tanralili yang berjajar rapi, berdampingan dengan sisa bunker meriam peninggalan masa perlawanan. Ini menguatkan posisi Buluttana tidak hanya sebagai pusat spiritual, tetapi juga sebagai benteng sejarah.
Dalam salah satu versi naskah Patturioloang Pepeka ri Makka karya Syekh Yusuf, disebutkan bahwa perjalanan ke Tanah Suci tidak selalu bermula dari pelabuhan atau dermaga, melainkan dari tempat-tempat yang disakralkan secara adat dan batin—seperti halnya Buluttana.
A’Rate’ di Balla Lompoa bukan hanya tentang siapa yang diangkat dalam tatanan adat, tetapi lebih pada siapa yang mampu memikul amanah sejarah: melanjutkan nilai-nilai adat, spiritual, dan perjuangan yang diwariskan oleh para pendahulu.
Prosesi ini sekaligus menjadi pengingat bahwa di tengah arus modernitas, kearifan lokal dan identitas leluhur tetap menjadi fondasi yang kokoh dalam membangun peradaban.
#ArungDgBundu #TettaKampong #TrahBuluttanaTinggimoncong #ARate #JejakLeluhur #Tanralili #BallaLompoa
