INFO TERKINI, LUWU-Proyek pembangunan rabat beton di Desa Botta, Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu, mendadak menjadi perbincangan hangat. Proyek yang didanai dari dana desa ini dituding dikerjakan secara asal-asalan dan sarat kejanggalan. Kualitas pekerjaan yang dipertanyakan menuai kritik tajam dari berbagai kalangan, termasuk aktivis anti-korupsi.
Sejumlah aktivis mengungkapkan temuan mencengangkan di lapangan. Salah satunya adalah jarak pembesian tulangan yang mencapai 40 cm, yang disinyalir jauh dari standar teknis konstruksi. Selain itu, proyek yang seharusnya rampung pada 2024 justru baru dimulai pada awal 2025, mengundang pertanyaan besar tentang tata kelola dana desa dan akuntabilitas pihak terkait.
Menanggapi tudingan tersebut, Kepala Desa Botta, Wardani, memberikan klarifikasi bahwa proyek tersebut belum sepenuhnya selesai. "Itu yang terlihat adalah bagian yang belum rampung. Kami mengalami kendala kekurangan bahan, tetapi pekerjaan ini akan kami selesaikan sesuai rencana," jelas Wardani.
Namun, pernyataan Wardani tidak cukup untuk meredam kekecewaan masyarakat dan aktivis. Aktivis anti-korupsi Sulawesi Selatan, Bang Harry, mengeluarkan pernyataan keras. "Kami akan segera turun ke lokasi dan berkoordinasi dengan pihak Aparat Penegak Hukum (APH), khususnya Kejati Sulsel, untuk melakukan audit menyeluruh terhadap semua proyek yang dikerjakan sejak kepala desa ini menjabat," tegas Harry.
Bang Harry menegaskan bahwa proyek rabat beton ini bisa menjadi pintu masuk bagi APH untuk mengungkap dugaan penyalahgunaan dana desa yang lebih luas. "Jika tidak ada tindakan segera, kami tidak akan ragu melayangkan laporan resmi agar ada tindakan tegas terhadap dugaan penyimpangan ini," lanjutnya. (Tim/Red)
